Rabu, 11 Oktober 2017

Pengalaman Seru Nonton Persib Bandung langsung di Stadion

menonton Persib di gelanggang lalu dan kini tidak seluruh kompetisi Persib Bandung sanggup saya ingat. sekalipun pengalaman pertama kali melihat Persib Bandung merupakan faktor yang tak mampu dilupakan. diwaktu itu saya lagi lebih kurang kelas 4 atau 5 sd lah. menjadi lebih kurang thn 1984-1985-an. diwaktu itu masih berekreasi ke rumah embah di Kawali, Ciamis. serta tahu mengenai akan ada kunjungan Persib Bandung ialah bermula kabar tetangga, lagi berasal ‘barker’, mobil pakai ‘halow-halow’ (baca: pengeras nada yang berkeliling kampungan melansir bahwa di lapangan alun-alun Kawali akan ada kejuaraan tertarik rekahan Persib Bandung Selection menandingi PSGC bon Sepakbola Galuh Ciamis).

aku tak ingat berapa skor akhir dikala itu, cuma mampu mengingat jika tarif karcisnya 300 rupiah sebagai ilustrasi, 300 rp masa itu cukup kepada membayar sekotak Susu Ultra agung dan sebatang coklat cap Ayam mampu dimanfaatkan masuk 3 orang aku dede saya dan sahabat aku Asep Pa Iding). selain itu, stadionnya serta amat alamiah hanyalah lapangan alun-alun kecamatan yg disulap menjadi gelanggang dadakan dan ‘dikulibeng’ (apa atuh ‘dikulibeng’ teh ya?) sekelilingnya bersama karung, bilik, atau kain biar penonton yang tidak punyai ticket tidak mampu ‘moncor’. disaat itu separo pemain Persib yang terkenal yakni Adeng Hudaya, Robby Darwis, Adjat Sudrajat, dan Sobur. Sisanya saya tidak tahu, tapi jika tak salah di era Adjat Sudrajat ini Persib menjadi jagoan konfederasi waktu menjadi jagoan perhimpunan ini ada konvoy keliling kota Bandung. kala SD, aku sekolah di Banjarsari, Jalan Merdeka Bandung. jadi kita menonton arak-arakan di depan sekolah, naik ke jembatan penyebrangan Gudang Garam sekarang sudah tidak ada).

sewaktu SMA aku mulai sejak satria nonton ke Stadon Siliwangi, walaupun ‘moncor’ sebab gak punya ticket setelah kuliah masih beberapa kali aku nonton ke gelanggang Siliwangi. Terkadang melihat bareng bersama rekan bermula SMA, Ucup Mpep. Kita alami menyaksikan di Timur. Atau disaat awal-awal liga Indonesia dulu federasi Dunhill/ Bank Mandiri), tuturubun mulai sejak Jatinangor dgn si Krisna ke stadion Siliwangi, dan menonton di Selatan.

melihat Jadwal Persib Bandung. gelanggang bersama Krisna merupakan pengalaman terakhir di periode kuliah. semenjak itu aku tidak pernah menonton Persib ke gelanggang semula aku lebih tidak sedikit menyaksikan Persib di televisi, atau mendengarkan warta pendapat mata, segera dari RRI/Pro 2 FM. hingga akhirnya terhadap kontes Persib melawan Persiwa Wamena (24032011) dan melawan Persipura (27032011) di gelanggang Si Jalak Harupat, aku berkesempatan menyaksikan kejuaraan Persib dengan cara cepat Itupun sebab undangan kawan aku Wendy, yg bertugas meliput kejuaraan tersebut.

Jeda sekian th tidak ke menyaksikan ke gelanggang benar saja, menciptakan saya silaturahmi justru menonton Persib di stadion Si Jalak Harupat. gelanggang yg sedemikian agung dan luas ini harus diakui memang memiliki aura mistis yang mempesona. sangat jauh alamat pengalaman perdana aku menyaksikan Persib di stadion pedalaman di kecamatan Kawali Ciamis, atau gelanggang Siliwangi.

tidak sedikit faktor menghela yg amat berbeda dgn musim dulu waktu ini semua bobotoh amat peduli dengan penampilan setiap pertandingan Persib, senantiasa saja stadion berubah warna menjadi lautan biru lantaran bobotoh Persib hampir seluruh mengenakan pakaian bercorak biru. aspek yang dulu tidak aku dapatkan di Siliwangi. dulu menyaksikan Persib ya lagi pakai sejenis SMA atau kaos warna apa saja. terkecuali itu di tiap-tiap sudut stadion berkelamin wanita kembali bisa menyaksikan pertandingan dengan aman tanpa gangguan atau sentuhan tangan-tangan ketidakadilan Jaman dulu di Siliwangi? cuma ada di VIP.

terus anak-anak di bawah 12 tahun malahan ada yang kayaknya juga balita) dgn asyik bisa menyaksikan kompetisi tidak dengan merasa cemas terlebih dua kali ke Si Jalak Harupat, dua kali pun aku menyaksikan penonton yang terdiri Ayah-Ibu-Anak, kompak mem-bobotohi Persib. justru ada anak yang pun batita, berulang digendong ibunya ada di deretan penonton bola yg umumnya orang dewasa. dgn kata lain, sekarang ini ini menyaksikan bola tak hanya jadi milik kaum pria saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar